Perlunya Psikologi Bagi Kehidupan Manusia



Mendengar kata psikologi, biasanya kita langsung mengkaitkan dengan rumah sakit jiwa. Di mana rumah sakit jiwa merupakan tempat orang-orang yang terganggu kejiwaannya / gila.
Apakah psikologi hanya dibutuhkan oleh orang gila ?
Tentu saja tidak.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial di mana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupannya manusia akan selalu berhubungan dan bersama orang lain. Oleh karena itu, psikologi dibutuhkan oleh kita semua. Pemimpin perusahaan, pengurus organisasi masa, pengurus lembaga sosial, para pejabat pemerintah, para elit polotik, komandan pasukan, wartawan, hakim, khatib, guru, dosen, pelajar, mahasiswa, suami, istri, ayah, ibu, dan anak semuanya membutuhkan psikologi karena mereka akan bekerja bersama orang lain.
Psikologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita. Kehidupan kita tidak terlepas dari masalah-masalah baik yang bersifat umum maupun khusus. Bagaimana cara membesarkan anak agar menjadi manusia yang bahagia dan efektif ?. Tindakan apa yang terbaik untuk menangani masalah merokok dan kegemukan?. Semua masalah itu tidak terlepas dari tingkah laku dan kepribadian manusia.
Jadi, dengan mempelajari psikologi, berarti ada usaha untuk mengenal manusia; kita dapat menguraikan dan menggambarkan tingkah laku dan kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya.

Apa itu psikologi ???
Sebelum kita mempelajari apa itu psikologi? Alangkah baiknya kita merenungkan berbagai pendekatan alternatif terhadap fenomena psikologi. Seperti adanya cara yang berbeda dalam menguraikan satu tindakan sederhana, seperti menyeberang jalan, terdapat juga pendekatan yang berbeda terhadap psikologi. Semua pendekatan ini sama sekali tidak berdiri sendiri melainkan setiap pendekatan berfokus pada aspek-aspek yang berbeda dari suatu masalah yang kompleks.
Pendekatan Neurobiologi
Otak manusia, dengan 12 milyar sel saraf dan sejumlah penghubung yang hampir tidak terbatas, mungkin merupakan struktur yang paling rumit di alam ini. Kejadian-kejadian psikologi tergambar dalam kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan kegiatan mental. Reaksi emosional, seperti rasa takut dan marah dapat dibangkitkan pada binatang dengan cara memberi rangsangan elekrik yang lemah pada beberapa bagian tertentu otakbagian dalam.
Pendekatan Perilaku
Seseorang makan pagi, naik sepeda, berbicara, memerah mukanya, tertawa dan menangis, semua itu merupakan bentuk perilaku, yakni kegiatan organisme yang dapat diamati. Dengan pendekatan perilaku, seorang psikolog mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuhnya.
Pendekatan Kognitif
Kognisi mengacu pada proses mental dari persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan.
Pendekatan Psikoanalitik
Dalam pemikiran teori Freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang tidak disadari ; pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa pengaruh terhadap perilakunya.
Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya.
Pengertian Psikologi
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari Yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa. Beberapa definisi menurut para ahli :
1. William James, 1980
Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.
2. Norman Munn, 1951
Psikologi adalah ilmu mengenai perilaku.
3. George A. Millter, 1974
Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
4. Richard Mayer, 1981
Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.
5. Ernest Hilgert, 1957
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
6. Clifford T. Morgan, 1961
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
7. Robert S. Woodworth dan Marquis DG, 1957
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya.
Jadi, psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Hubungan psikologi dengan ilmu lain
Psikologi pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu lain yang bersifat timbal balik.
1. Hubungan Psikologi dengan Sosoilogi
Dengan adanya kedekatan hubungan sosiologi dan psikologi social, ada sementara orang yang mengatakan bahwa psikologi social merupakan cabang dari sosiologi, seperti juga halnya bahwa psikologi social merupakan cabang dari psikologi.
Pada dasarnya, psikologi sosial mempunyai perbedaan dengan psikologi sebagai ilmu induknya. Menurut Bonner, psikologi social mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Sebaliknya, psikologi mempelajari perilaku apa saja, terlepas dari makna sosialnya. Unit anaisis psikologi sosial adalah individu, sedangkan unit analisis sosiologi adalah kelompok.
Soerjono Soekanto menyebutkan, di antara para sosiolog yang mendasarkan pada psikologi adalah Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri atas interaksi antara jiwa-jiwa individu, dan jiwa tersebut terdiri atas kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Tarde berkeinginan untuk berusaha menjelaskan gejala-gejala sosial dalam kerangka reaksi-reaksi psikis dari orang. Hal ini merupakan petunjuk betapa besarnya pengaruh dari pendekatan secara psikologis.
2. Hubungan Psikologi dengan Antropologi
Harus kita akui bahwa bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar. Dalam perkembangannya yang terakhir lahir suatu subilmu atau spesialisasi dari antropologi yang disebut etnopsikologi (ethnopsychology), atau antropologi psikologikal (psychologikal anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personality), di samping spesialisasi anthropology in mental health (Hsu, 1961; Barnouw, 1963; Clifton, 1968; Koentjaraningrat 1980; Effendi & Praja, 1993).
Carol R. Ember dan Melvin Ember dalam tulisannya ”Theory and Method in Cultural Anthropology”, khususnya mengenai hubungan kebudayaan dan kepribadian, disebutkan bahwa focus yang khusus dari studi-studi permulaan awal tahun 1920-an adalah tentang pengalaman masa kanak-kanak; bahwa pengalaman tersebut tampaknya mempengaruhi perilaku setelah dewasa. Menurut Ember & Ember, selama Perang Dunia ke-2, dan tidak lama sesudahnya orientasi studi kebudayaan dan kepribadian itu diterapkan pada masyarakat yang kompleks. Hampir semua penelitian yang mendalami ’kepribadian bangsa’ menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan masa kanak-kanak.
Ember & Ember menyimpulkan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah dengan menghubungkan variasa-variasi dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya.
3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Politik
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam bidang polotik, terutama yang dinamakan ’massa psikologi’. Karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip hukum dan meliputi banyak hal yang berada di luar hukum dan masuk dalam yang lazim dinamakan ’kebijaksanaan’, bagi para polotisi sangat penting apabila mereka dapat menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, dan dari golongan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum tertentu.
Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ii merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu.
4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan perkawinan dengan ilmu-ilmu lainnya, salah satunya dengan psikologi yang akan menghasilkan subdisiplin psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi (Rakhmat,1994).Menurut Rakhmat, komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika berinteraksi dengan manusia lain.
5. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi, hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia.
6. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam
Pada permulaan abad ke-19, psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen. Namun, kemudian psikologi menyadari bahwa objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup dan selalu berkembang; sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati. Oleh karena itu, metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam psikologi dianggap kurang tepat.
7. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jika ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini psikologi akan menolong filsafat dengan sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaranjika tidak menghiraukan hasil psikologi (Poedjawijatna,1991).
8. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan maka lahirlah subdisiplin psikologi pendidikan (educational psychology).
Sejarah Psikologi
Sejarah Psikologi dibagi menjadi 3 zaman, yaitu :
1. Zaman sebelum Masehi
Pada zaman sebelum Masehi, jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf. Ketika itu, psikologi memang sangat dipengaruhi oleh cara-cara berpikir filsafatnya danterpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilmu faal (fisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagi bagian dari kedua ilmu tersebut. (Fauzi,1977).
Sebagi induk ilmu pengetahuan, filsafat adalah ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus, sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Masa itu belum ada pembuktian-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti yang sebenarnya.
Tokoh-tokoh zaman sebelum Masehi, antara lain :
1. Psikologi Plato (429-347 SM)
Plato dilahirkan pada 29 Mei 429 SM di Athena. Filsuf Yunani ini dilahirkan dari kalangan keluarga terhormat. Ayahnya bernama Aritson. Plato adalah murid Socrates. Setelah Socrates meninggal ia merantau ke Mesir, Sisilia, dan Italia Selatan. Pada tahun 389 SM, dibukanya sekolah filsafat di Athena yang diberi nama ’Acedemia’. Ia mengajar 40 tahun lamanya. Dalam usia 81 tahun ia meninggal di tanah kelahirannya.
Buku-bukunya tentang psikologi, antara lain, Phaedo tentangjiwa dan keabadiannya sesudah mati, dan buku Phaedrus tentang cinta. Ajarannya yang terkenal adalah tentang ’idea’.
Tentang jiwa, Plato menyebutnya sebagai bersifat immaterial. Ini karena sebelum masuk ke tubuh kita, jiwa sudah ada terlebih dahulu di alam para sensoris. Hal ni dokenal sebagi pre-eksistensi jiwa dari Plato. Jadi, menurut Plato jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya adalah berpikir).
Dalam teorinya tentang idea, Plato melukiskan pertentangan antara kenyataan rohani yang tidak dapat musnah, dan kehidupan di dunia ini yang dialami secara indrawi; teori iniberkaitan dengan pandangannya mengenai terpisahnya jiwa manusia yang tak dapat mati dan badan yang akan musnah.
2. Psikologi Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid terbesar Plato. Filsuf Yunani ini lahir di Stagirus (Stegira), Chelcidice, sebelah barat laut Aegean. Ia adalah putra dari Nichomachus.
Pada usia 17 tahun, Aristoteles dikirim ke Akademi Plato di Athena. Di sana dia belajar dan mengajar di bawah bimbingan Plato, dari tahun 367 sampai kematian Plato, tahun 347. Selama 12 tahun berikutnya, ia mengajar dan mengadakan riset di bidang biologi, zoologi, botani, dan fisiologi di berbagai tempat.
Pada tahun 342 ia ditugaskan oleh Raja Philippus untuk memdidik putranya, Iskandar Zulkarnain (Iskandar Agung) selama 7 tahun. Kemudian ia kembali ke Athena, ia memberi kuliah filsafat di lorong-lorong Lyceum selama 10 tahun. Disebabkan gaya mengajarnya yang sambil berjalankian ke mari, mazhab filsafatnya dinamakan mazhab peripatetis. Ia selalu mendapat bantuan dari Iskandar. Setelah Iskandar meninggal, ia diadukan karena dituduh murtad. Ia lari ke Chalcis di Euba, dan ia meninggal tahun 322 SM, dalam usia 63 tahun.
Karya-karya Aristoteles di bidang psikologi adalah De Anima (tentang sifst-sifat dasar jiwa) dan Parra Naturalia (esei-esei mengenai beberapa topik seperti sensasi, persepsi, memori, tidur dan mimpi).
Dalam De Anima, Aristoteles mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Tingkah laku pada organisme, menurut Aristoteles memperlihatkan tingkatan sebagai berikut :
a. Tumbuhan : memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernapas, makan, tumbuh).
b. Hewan : selain tingkah laku vegetatif, juga bertingkah laku sensitif (merasakan melalui pancaindra). Jadi, hewan berbeda dengan tumbuhan karena hewan mempunyai faktor perasaan, sedangkan tumbuhan tidak. Persamaannya adalah pada tumbuhan maupun hewan terdapat tingkah laku vegetatif, misalnya dalam hal peredaran makanan.
c. Manusia : manusia bertingkah laku vegetatif, sensitif, dan rasional. Manusia berbeda dari organisme-organisme lainnya, karena dalam bertingkah laku manusia menggunakan rasionya, yaitu akal dan pikirannya.
Di dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut sebagai logika modern. Logika Aristoteles juga sering disebut logika formal.
Akhirnya, pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal tetapi ia percaya pada Tuhan.
2. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika.
Tokoh-tokoh abad pertengahan, antara lain :
1. Psikologi Rene Descrates (1596-1650 M)
Filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Perancis ini lahir di Lahaye, Touraine, pada tahun 1596, dan meninggal pada tahun1650.
Karya-karyanya, antara lain : Discourse on Method, Meditations on First Philosophy and Objections, Prinsiples of Philosophy, Treatise on the Passions of the Soul, dan Rules for the Direction of the Mind. Buku-bukunya tampak saling melengkapi satu sama lain. Dalam buku-bukunya ia menuangkan metodenya yang terkenal yaitu, metode keraguan Descartes. Metode ini sering disebut Cogito / Cogito Descartes.
Peranan pendapat Descartes dalam perkembangan psikologi sangatlah besar sehingga jiwa sampai ke abad 20 apa yang disebut ilmu hanyalah tertuju pada uraian dari gejala-gejala jiwa, terlepas dari raganya. Menurutnya, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya.
2. Psikologi John Locke (1632-1704 M)
Filsuf Inggris ini dilahirkan di Somersetshire, Bristol. Ayahnya adalah seorang sarjana hukum yang cukup disegani pada masanya. Ia belajar di Oxford. Dialah yang membangkitkan perhatiannya mengenai filsafat. Dia meninggal tahun 1704 di Essex.
John Loccke banyak disebut-sebut sebagai seorang realis fisik. Beberapa tema sentral Locke dalam epistemologi yang menjadi pusat dan poros konsep-konsep, seperti tabula rasa, tidak ada ide bawaan, sensaasi dan refleksi, kualitas primer dan sekunder, eksistensi hal-hal, substansi, dan materi yang nyata, serta objektif terlepas dari kesadaran.
Karya-karyanya : Essays Concerning Toleration, Two Treatise on Goverment, Essay Concerning Human Understanding, Thought on Education, dan The Reasonableness of Christianity as Delivered in the Scriptures.
Dalam konsepnya tentang tabula rasa, Locke menyatakan, semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karenapengalaman melalui alat-alat indranya. Tabula rasa digunakan oleh Locke sebagai metaphor dalam menguraikan konsepnya tentang pikiran.
3. Psikologi Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M)
Filsuf , sejarawan, matematikawan, dan fisikawan Jerman ini lahir di Leipzig pada 1646, dan meninggal pada 1746. Leibniz dianggap sebagai orang yang mempelopori studi psikologi di Jerman.
Karya-karyanya : Monadology, New Essays Concerning Human Understanding, Discourse on Metaphisics, dan Theodicy. Sebagai seorang filsuf, Leibniz sangat dikenal karena teorinya tentang Monads and Pre-establishhed Harmony, Principles of Indiscernibles, Principles of Sufficient Reason, Principles of Identity, dan Prinsiples of the Best.
Hubungan badan dan jiwa dikatakannya sebagai bersifat parallel. Badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada hukum-hukum yang serupa. Leibniz berpendapat bahwa tingkah laku tubuh manusia diatur oleh hukum-hukum khusus yang disebut sebagai hukum-hukum mekanika. Dikatakannya bahwa tingkah laku tubuh manusia sama mekanisnya dengan tingkah laku tubuh hewan lainnya; misalnya pada refleks-refleks, proses penyerapan makanan ke dalam tubuh, dan lain-lain. Demikian jga tingkah laku mental, menurut Leibniz, diatur dengan hukum-hukum khusus yang dapat dipelajari dengan cara mempelajari tingkah-tingkah laku atau proses-proses mental sebelumnya.
3. Zaman Modern
Tokoh-tokoh pada zaman modern, antara lain :
1. Psikologi George Berkeley (1685-1753 M)
George Berkeley banyak disebut-sebut sebagai Bapak Idealisme Modern. Ia juga dijuluki sebagai immaterialis dan idealis. Berkeley lahir di Irlandia. Karya-karyanya : Essays Towards a New Theory of Vision, A Treatise Concerning the Principles of Human Knowledge, Discourse on Passive Obedience, Three Dialogues Between Hyles dan Philonous, De Motu, Alciphron, or the Minute Philosopher, dan Siris.
Berkeley mendirikan sebuah sekolah di Bermuda. Dalam filsafat Berkeley, baik substansi maupun daya pikir manusia tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat ilahi. Pada tahun 1705, ia bersama beberapa kawannya yang ahli dalam filsafat, mendirikan sebuah perkumpulan yang bertujuan menantang pandangan-pandangan John Locke. Filsafat Berkeley dianggap sebagai titik tolak bagi tendensi idealistik atau tendensi konseptual pada abad-abad terakhir filsafat.
Substansi materi, menurut Berkeley hanyalah sekumpulan fenomena yang tersusun secara artifisial dalam pikiran. Demikin pula jiwa, jiwa hanyalah sekumpulan fenomena batin dan hubungan-hubungannya. Jika semua pengetahuan lenyap, tak ada lagi sesuatu pun yang dapat diberi nama ’aku’ (diri).
2. Psikologi David Hume (1711-1776 M)
Filsuf Skotlandia ini lahir di Edinburg. Tema sentral filsafat Hume pada intinya adalah pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Ada prinsip-prinsip tertentu yang memandu kita dalam mengasosiasi ide-ide, yaitu persamaan, penghampiran, serta sebab dan akibat.
Karya-karyanya : Treatise on Human Nature, Enquiry Concerning Human Understanding, Enquiry Concerning the Principles of Morals, History of England, dan Dialogue Concerning Natural Religion.
Pada taraf perkembangan ini, psikologi masih merupakan cabang dari filsafat, dan di masa sekarang, terdapat berbagai tafsiran mengenai psikologi semacam itu. Pada umumnya, psikologi semacam itu masih dianggap pre-scientific, dan belum bertaraf ilmu pengetahuan karena merupakan pendapat dan anggapan yang belum diketahui kebenarannya secara eksperimental.
3. Psikologi John Stuart Mill (1806-1873 M)
John Stuart Mill lahir di London tahun 1806. ayahnya adalah James Mill, sejarawan, filsuf, dan psikolog. Karya-karyanya : The System of Logic, Principles of Polotical Economy, On Liberty, Utilitarianism, An Examination of Sir William Hamilton’s Philosophy, Subjection of Women, dan Autobiography.
Mill mengacu pada suatu cita-cita mengenai manusia tepatnya pada suatu gagasan tentang apa dan bagaimana manusia itu seharusnya. Nyatanya, ia mengacu pada kodrat manusia sebagai patokan untuk menentukan perbedaan kualitatif antara kegiatan-kegiatan yang membawa kesenangan. Dia memang menekankan tindakan tidak menyempurnakan dan memajukan kodrat manusia.
Mill melihat bahwa kecenderungan umum manusia adalah untuk tidak bersabar dan berlapang hati sehingga acap kali ia selau mendesakkan pendapatnya kepada orang lain. Teori pengetahuan Mill adalah suatu bentuk fenomenalisme yang tema sentralnya adalah materi merupakan kemungkinan permanen dari sensasi dan benda-benda (ojek-objek) harus dipandang sebagai eksistensi fenomenal.
Psikologi sebagai Ilmu Otonom
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium Psikologi yang pertama di dunia di Leipzig pada tahun 1879. tokoh lain pada awal dijadikannya psikologi sebagai ilmu yang otonom, selain Fechener adalah Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz. Sebagai empirikus, Helmholtz menentang apa yang disebut sebagai mentalism, dan menurutnya psikologi merupakan pengetahuan yang eksak dan banyak bergantung pada matematika.
Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian dan penyelidikannya, timbullah berbagai aliran psikologi yang bercorak khusus.
Aliran-aliran Psikologi
1. Strukturalisme
Aliran ini merupakan aliran pertama dalam psikologi yang memandang bahwa psikologi terdiri dari apsek introspeksi diri dan pengalaman pribadi yang objektif.
2. Fungsionalisme
Pandangan teori ini dititikberatkan pada fungsi-fungsi nyata dalam kita mempelajari psikologi bukan pada fakta-fakta mengenai psikologi tapi lebih memperhatikan bagaimana psikologi berperan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki nilai praktis.
3. Psikoanalisis
Tokoh aliran psikologi analisis adalah Sigmund Freud. Dalam pandangannya Freud menjabarkan bahwa perilaku seseorang dapat diinterpretasi. Menurutnya, pemikiran dan tindakan seseorang dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu id (kehendak), ego(kehendak yang disertai dengan pertimbangan yang rasional), dan superego (id dan ego yang disertai hati nurani).
4. Gestalt
Belajar keseluruhan lebih mudah daripada belajar bagian-bagiannya.
Dalam pandangan ini ditafsirkan bahwa setiap individu disertai dengan koping (kemampuan menanggapi rangsang dan merupakan mekanisme pertahanan diri) yang dapat mengantarkan pemikirannya yang dapat mengubah segala konsep yang terjadi pada dirinya melalui penafsiran-penafsiran.
5. Behaviorisme
Manusia itu berkembang dari perilaku.
Dalam aliran ini menilai bahwa manusia terlahir ke dunia tanpa bakat apa-apa, lingkunganlah yang memberikan pengalaman-pengalaman dan mengembangkan manusia dengan rangsang yang diterima dari lingkungan.
6. Nativisme
Tidak percaya bahwa pendidikan tidak bisa merubah keadaan seseorang karena mereka cenderung lebih percaya pada bakat pembawaan.
7. Empirisme
Percaya bahwa pendidikan bisa merubah keadaan seseorang karena bakat bias terpengaruh dengan kondisi lingkungan sebagai media pendidikan.
8. Konvergensi
Aliran yang menggabungkan dua unsure aliran yang sebelumnya, yaitu nativisme dan empirime. Aliran ini mempercayai bahwa setiap manusia memiliki bakat dan bakat tersebut akan berkembang dan diarahkan dengan sebuah pendidikan.
9. Asosiasi
Aliran/pemikiran seseorang yang dihubungkan dengan fakta-fakta yang sering dilihatnya dan fakta tersebut cenderung berulang sehingga membentuk suatu konsep.
10. Kontruktivisme
Aliran ini mempercayai bahwa tidak ada sesuatu hal pun yang dapat merubah apa yang kita kehendaki selain diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com