Tampilkan postingan dengan label psikolog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label psikolog. Tampilkan semua postingan

Tips memunculakan IDE HEBAT




Q
Ide besar yang bermanfaat memang hebat! Mungkin kita pernah lihat teman atau senior kita yang punya ide seperti itu.

Bagaimana dengan kita? Susah nggak sih memunculkan gagasan-gagasan kreatif yang hebat?

Memang kita nggak pernah diajari bagaimana memunculkan ide-ide, karena itu kita merasakan pekerjaan ini sebagai pekerjaan berat. Kebanyakan kita berpikir bahwa kemampuan menumbuhkan gagasan, itu karena adanya bakat sejak lahir, bukan karena belajar. Dan anggapan itu kita biarkan saja.

Ada juga orang yang berpendapat bahwa gagasan-gagasan muncul begitu saja dalam pikiran manusia. Mungkin saja pendapat tersebut betul, tetapi kita tidak dapat mengandalkan faktor kebetulan saja.

Hal-hal di atas merupakan penghalang yang kita ciptakan bagi diri kita sendiri dan kita biarkan begitu saja sehingga penghalang-penghalang tersebut merintangi kebenaran, yaitu bahwa kita sebetulnya dapat memunculkan ide-ide besar.

Pada dasarnya, jika kita diberi bakat untuk memahami proses dan teknik memunculkan ide akan lebih mudah bagi kita untuk benar-benar memunculkannya. Kita harus tanamkan dalam diri kita bagaimana cara untuk dapat memunculkan gagasan-gagasan baru dan hebat sewaktu-waktu kita memerlukannya. Proses untuk menumbuhkan gagasan-gagasan baru bersifat aktif bukan reaktif. Nah, di bawah ini ada cara-cara yang bisa membantu Anda melahirkan ide-ide segar. Ikuti saja!


Quote:
Memahami Persoalan

Pertanyaan dasar yang harus dapat kita jawab adalah: ”Mengapa kita perlu memunculkan gagasan-gagasan baru yang hebat?” Jawabannya pastilah untuk memenuhi kebutuhan kita dalam memecahkan persoalan.

Kebutuhan adalah induk penemuan, sedangkan kesulitan yang sering kita temui adalah sering kali tanpa sadar kita mengejar permasalahan yang salah dan berputar-putar sendiri. Sebetulnya yang kita perlukan adalah pemahaman yang sangat jernih mengenai apa yang menjadi masalah sesungguhnya.
Quote:
Rumuskan situasi sekarang dan tujuan yang ingin dicapai

Hal yang sangat penting sebelum kita mulai menyelesaikan suatu masalah adalah kita perlu memahami dengan jelas di mana posisi kita saat itu.

Setelah itu, kita baru membuat garis besar permasalahan yang sedang kita hadapi seperti: latar belakang masalah, kebutuhan organisasi, sumber-sumber lain yang tersedia dan tidak tersedia. Kemudian kembangkanlah konsep/garis besar tersebut, dengan tujuan untuk lebih memahami permasalahan.

Setelah jelas, tetapkanlah sasaran yang ingin dicapai dan pastikan bahwa sasaran tersebut dapat diukur. Misalnya kita diharuskan untuk dapat memecahkan permasalahan yang timbul dalam bidang rekruitmen. Yang diharapkan dari kita adalah menarik siswa baru masuk ke sie kegiatan kita, dengan persentase sebesar 10% dari tahun sebelumnya.
Quote:
Kenali celah-celah dan inti masalahnya

Setelah langkah di atas, maka kita dapat mengidentifikasi celah-celah antara kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan.

Selanjutnya buatlah daftar bagian-bagian yang ada dan persoalan yang mungkin akan timbul, kemudian tanyakan kepada masing-masing apakah ada masalah atau tidak. Kemudian analisislah hasilnya.
Quote:
Lakukan penelitian dan analisis SWOT

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, bisa dilakukan dengan membaca kasus-kasus yang serupa atau melakukan tanya jawab kepada orang-orang yang bersangkutan.

Cara lain adalah dengan melakukan analisis strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan) and threats (ancaman), atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.
Quote:
Membangun Kreativitas Sendiri

Setiap orang memiliki kreativitas dalam dirinya. Sejumlah orang yang tidak menganggap dirinya kreatif, dapat terkejut sendiri melihat betapa dirinya kreatif ketika kesempatan yang tepat datang di depan mata. Ada banyak cara untuk menempatkan diri agar kesempatan itu muncul.
Quote:
Amati sesuatu yang Dikenal

Amatilah sesuatu itu selama kurang lebih 10 menit, dan gambarkan kembali apa yang kita ingat. Tujuannya adalah untuk melatih dan mempertajam ingatan kita. Sebenarnya nggak hanya penglihatan saja. Semua indera dapat membantu kita dalam membangun kreativitas, karena baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan maupun peraba memperoleh berbagai masukan sepanjang hari.

Membangun kreativitas berarti mempertajam pikiran, dan itu berarti meningkatkan kepekaan penginderaan kita.
Quote:
Jangan menunda Tugas sampai dengan menjelang batas waktu

Salah satu hal yang menakjubkan adalah bahwa kita dapat memerintahkan otak untuk bekerja secara autopilot. Apabila kita memberinya gagasan-gagasan dasar dan sejumlah rangsangan yang cocok, akhirnya otak akan memunculkan gagasan-gagasan yang dapat diteruskan.

Namun ada kecenderungan, apabila dihadapkan pada persoalan, kita akan menunda sampai menit terakhir, dengan alasan bahwa otak akan bekerja lebih baik kalau terdesak. Itu memang ada benarnya, karena ketegangan batas waktu mampu mempersatukan pikiran dengan baik. Tetapi kita tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada otak untuk menghasilkan pekerjaan yang optimal.

Jika kita mengerjakan jauh hari sebelum batas waktu tidak berarti kita harus segera merampungkan, tetapi sekedar memberi masukan yang lebih baik kepada diri sendiri untuk menyadari dimensi-dimensi lain dari keadaan yang kita hadapi.
Quote:
Ambillah sudut pandang orang lain

Artinya kita mencoba untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain, dengan tujuan untuk mengetahui reaksi seseorang atas tindakan yang kita ambil. Misalnya, ”Reaksi apa yang saya harapkan dari orang ini atas gagasan tersebut?”

Kemudian telitilah apa yang diperlukan agar orang tersebut dapat memberikan reaksi yang kita inginkan. Bayangkanlah diri kita menduduki jabatannya dan amati gagasan tersebut. Camkanlah reaksi yang timbul dari diri kita dan berbuat sesuai dengan itu.
Quote:
Memunculkan Ide-ide dalam Kelompok

Mengumpulkan orang bersama-sama untuk mencari ide-ide merupakan cara yang efektif, apabila ditangani dengan semestinya. Tapi pertemuan itu dapat juga menjadi penghamburan waktu bagi para peserta apabila tidak ditangani secara benar.


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8863308

Perlunya Psikologi Bagi Kehidupan Manusia



Mendengar kata psikologi, biasanya kita langsung mengkaitkan dengan rumah sakit jiwa. Di mana rumah sakit jiwa merupakan tempat orang-orang yang terganggu kejiwaannya / gila.
Apakah psikologi hanya dibutuhkan oleh orang gila ?
Tentu saja tidak.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial di mana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupannya manusia akan selalu berhubungan dan bersama orang lain. Oleh karena itu, psikologi dibutuhkan oleh kita semua. Pemimpin perusahaan, pengurus organisasi masa, pengurus lembaga sosial, para pejabat pemerintah, para elit polotik, komandan pasukan, wartawan, hakim, khatib, guru, dosen, pelajar, mahasiswa, suami, istri, ayah, ibu, dan anak semuanya membutuhkan psikologi karena mereka akan bekerja bersama orang lain.
Psikologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita. Kehidupan kita tidak terlepas dari masalah-masalah baik yang bersifat umum maupun khusus. Bagaimana cara membesarkan anak agar menjadi manusia yang bahagia dan efektif ?. Tindakan apa yang terbaik untuk menangani masalah merokok dan kegemukan?. Semua masalah itu tidak terlepas dari tingkah laku dan kepribadian manusia.
Jadi, dengan mempelajari psikologi, berarti ada usaha untuk mengenal manusia; kita dapat menguraikan dan menggambarkan tingkah laku dan kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya.

Apa itu psikologi ???
Sebelum kita mempelajari apa itu psikologi? Alangkah baiknya kita merenungkan berbagai pendekatan alternatif terhadap fenomena psikologi. Seperti adanya cara yang berbeda dalam menguraikan satu tindakan sederhana, seperti menyeberang jalan, terdapat juga pendekatan yang berbeda terhadap psikologi. Semua pendekatan ini sama sekali tidak berdiri sendiri melainkan setiap pendekatan berfokus pada aspek-aspek yang berbeda dari suatu masalah yang kompleks.
Pendekatan Neurobiologi
Otak manusia, dengan 12 milyar sel saraf dan sejumlah penghubung yang hampir tidak terbatas, mungkin merupakan struktur yang paling rumit di alam ini. Kejadian-kejadian psikologi tergambar dalam kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan kegiatan mental. Reaksi emosional, seperti rasa takut dan marah dapat dibangkitkan pada binatang dengan cara memberi rangsangan elekrik yang lemah pada beberapa bagian tertentu otakbagian dalam.
Pendekatan Perilaku
Seseorang makan pagi, naik sepeda, berbicara, memerah mukanya, tertawa dan menangis, semua itu merupakan bentuk perilaku, yakni kegiatan organisme yang dapat diamati. Dengan pendekatan perilaku, seorang psikolog mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuhnya.
Pendekatan Kognitif
Kognisi mengacu pada proses mental dari persepsi, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan.
Pendekatan Psikoanalitik
Dalam pemikiran teori Freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang tidak disadari ; pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa pengaruh terhadap perilakunya.
Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya.
Pengertian Psikologi
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari Yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa. Beberapa definisi menurut para ahli :
1. William James, 1980
Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-kondisinya.
2. Norman Munn, 1951
Psikologi adalah ilmu mengenai perilaku.
3. George A. Millter, 1974
Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
4. Richard Mayer, 1981
Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.
5. Ernest Hilgert, 1957
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
6. Clifford T. Morgan, 1961
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
7. Robert S. Woodworth dan Marquis DG, 1957
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya.
Jadi, psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Hubungan psikologi dengan ilmu lain
Psikologi pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ilmu lain yang bersifat timbal balik.
1. Hubungan Psikologi dengan Sosoilogi
Dengan adanya kedekatan hubungan sosiologi dan psikologi social, ada sementara orang yang mengatakan bahwa psikologi social merupakan cabang dari sosiologi, seperti juga halnya bahwa psikologi social merupakan cabang dari psikologi.
Pada dasarnya, psikologi sosial mempunyai perbedaan dengan psikologi sebagai ilmu induknya. Menurut Bonner, psikologi social mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Sebaliknya, psikologi mempelajari perilaku apa saja, terlepas dari makna sosialnya. Unit anaisis psikologi sosial adalah individu, sedangkan unit analisis sosiologi adalah kelompok.
Soerjono Soekanto menyebutkan, di antara para sosiolog yang mendasarkan pada psikologi adalah Gabriel Tarde (1843-1904) dari Perancis. Dia mulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri atas interaksi antara jiwa-jiwa individu, dan jiwa tersebut terdiri atas kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Tarde berkeinginan untuk berusaha menjelaskan gejala-gejala sosial dalam kerangka reaksi-reaksi psikis dari orang. Hal ini merupakan petunjuk betapa besarnya pengaruh dari pendekatan secara psikologis.
2. Hubungan Psikologi dengan Antropologi
Harus kita akui bahwa bantuan psikologi terhadap antropologi sangatlah besar. Dalam perkembangannya yang terakhir lahir suatu subilmu atau spesialisasi dari antropologi yang disebut etnopsikologi (ethnopsychology), atau antropologi psikologikal (psychologikal anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personality), di samping spesialisasi anthropology in mental health (Hsu, 1961; Barnouw, 1963; Clifton, 1968; Koentjaraningrat 1980; Effendi & Praja, 1993).
Carol R. Ember dan Melvin Ember dalam tulisannya ”Theory and Method in Cultural Anthropology”, khususnya mengenai hubungan kebudayaan dan kepribadian, disebutkan bahwa focus yang khusus dari studi-studi permulaan awal tahun 1920-an adalah tentang pengalaman masa kanak-kanak; bahwa pengalaman tersebut tampaknya mempengaruhi perilaku setelah dewasa. Menurut Ember & Ember, selama Perang Dunia ke-2, dan tidak lama sesudahnya orientasi studi kebudayaan dan kepribadian itu diterapkan pada masyarakat yang kompleks. Hampir semua penelitian yang mendalami ’kepribadian bangsa’ menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan masa kanak-kanak.
Ember & Ember menyimpulkan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah dengan menghubungkan variasa-variasi dalam pola-pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya.
3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Politik
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam bidang polotik, terutama yang dinamakan ’massa psikologi’. Karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip hukum dan meliputi banyak hal yang berada di luar hukum dan masuk dalam yang lazim dinamakan ’kebijaksanaan’, bagi para polotisi sangat penting apabila mereka dapat menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, dan dari golongan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum tertentu.
Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ii merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu.
4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan perkawinan dengan ilmu-ilmu lainnya, salah satunya dengan psikologi yang akan menghasilkan subdisiplin psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi (Rakhmat,1994).Menurut Rakhmat, komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika berinteraksi dengan manusia lain.
5. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi, hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia.
6. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam
Pada permulaan abad ke-19, psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen. Namun, kemudian psikologi menyadari bahwa objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup dan selalu berkembang; sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati. Oleh karena itu, metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam psikologi dianggap kurang tepat.
7. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jika ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala tindakan manusia. Dalam hal ini psikologi akan menolong filsafat dengan sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaranjika tidak menghiraukan hasil psikologi (Poedjawijatna,1991).
8. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan maka lahirlah subdisiplin psikologi pendidikan (educational psychology).
Sejarah Psikologi
Sejarah Psikologi dibagi menjadi 3 zaman, yaitu :
1. Zaman sebelum Masehi
Pada zaman sebelum Masehi, jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf. Ketika itu, psikologi memang sangat dipengaruhi oleh cara-cara berpikir filsafatnya danterpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilmu faal (fisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagi bagian dari kedua ilmu tersebut. (Fauzi,1977).
Sebagi induk ilmu pengetahuan, filsafat adalah ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus, sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Masa itu belum ada pembuktian-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti yang sebenarnya.
Tokoh-tokoh zaman sebelum Masehi, antara lain :
1. Psikologi Plato (429-347 SM)
Plato dilahirkan pada 29 Mei 429 SM di Athena. Filsuf Yunani ini dilahirkan dari kalangan keluarga terhormat. Ayahnya bernama Aritson. Plato adalah murid Socrates. Setelah Socrates meninggal ia merantau ke Mesir, Sisilia, dan Italia Selatan. Pada tahun 389 SM, dibukanya sekolah filsafat di Athena yang diberi nama ’Acedemia’. Ia mengajar 40 tahun lamanya. Dalam usia 81 tahun ia meninggal di tanah kelahirannya.
Buku-bukunya tentang psikologi, antara lain, Phaedo tentangjiwa dan keabadiannya sesudah mati, dan buku Phaedrus tentang cinta. Ajarannya yang terkenal adalah tentang ’idea’.
Tentang jiwa, Plato menyebutnya sebagai bersifat immaterial. Ini karena sebelum masuk ke tubuh kita, jiwa sudah ada terlebih dahulu di alam para sensoris. Hal ni dokenal sebagi pre-eksistensi jiwa dari Plato. Jadi, menurut Plato jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya adalah berpikir).
Dalam teorinya tentang idea, Plato melukiskan pertentangan antara kenyataan rohani yang tidak dapat musnah, dan kehidupan di dunia ini yang dialami secara indrawi; teori iniberkaitan dengan pandangannya mengenai terpisahnya jiwa manusia yang tak dapat mati dan badan yang akan musnah.
2. Psikologi Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid terbesar Plato. Filsuf Yunani ini lahir di Stagirus (Stegira), Chelcidice, sebelah barat laut Aegean. Ia adalah putra dari Nichomachus.
Pada usia 17 tahun, Aristoteles dikirim ke Akademi Plato di Athena. Di sana dia belajar dan mengajar di bawah bimbingan Plato, dari tahun 367 sampai kematian Plato, tahun 347. Selama 12 tahun berikutnya, ia mengajar dan mengadakan riset di bidang biologi, zoologi, botani, dan fisiologi di berbagai tempat.
Pada tahun 342 ia ditugaskan oleh Raja Philippus untuk memdidik putranya, Iskandar Zulkarnain (Iskandar Agung) selama 7 tahun. Kemudian ia kembali ke Athena, ia memberi kuliah filsafat di lorong-lorong Lyceum selama 10 tahun. Disebabkan gaya mengajarnya yang sambil berjalankian ke mari, mazhab filsafatnya dinamakan mazhab peripatetis. Ia selalu mendapat bantuan dari Iskandar. Setelah Iskandar meninggal, ia diadukan karena dituduh murtad. Ia lari ke Chalcis di Euba, dan ia meninggal tahun 322 SM, dalam usia 63 tahun.
Karya-karya Aristoteles di bidang psikologi adalah De Anima (tentang sifst-sifat dasar jiwa) dan Parra Naturalia (esei-esei mengenai beberapa topik seperti sensasi, persepsi, memori, tidur dan mimpi).
Dalam De Anima, Aristoteles mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Tingkah laku pada organisme, menurut Aristoteles memperlihatkan tingkatan sebagai berikut :
a. Tumbuhan : memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernapas, makan, tumbuh).
b. Hewan : selain tingkah laku vegetatif, juga bertingkah laku sensitif (merasakan melalui pancaindra). Jadi, hewan berbeda dengan tumbuhan karena hewan mempunyai faktor perasaan, sedangkan tumbuhan tidak. Persamaannya adalah pada tumbuhan maupun hewan terdapat tingkah laku vegetatif, misalnya dalam hal peredaran makanan.
c. Manusia : manusia bertingkah laku vegetatif, sensitif, dan rasional. Manusia berbeda dari organisme-organisme lainnya, karena dalam bertingkah laku manusia menggunakan rasionya, yaitu akal dan pikirannya.
Di dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut sebagai logika modern. Logika Aristoteles juga sering disebut logika formal.
Akhirnya, pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal tetapi ia percaya pada Tuhan.
2. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika.
Tokoh-tokoh abad pertengahan, antara lain :
1. Psikologi Rene Descrates (1596-1650 M)
Filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Perancis ini lahir di Lahaye, Touraine, pada tahun 1596, dan meninggal pada tahun1650.
Karya-karyanya, antara lain : Discourse on Method, Meditations on First Philosophy and Objections, Prinsiples of Philosophy, Treatise on the Passions of the Soul, dan Rules for the Direction of the Mind. Buku-bukunya tampak saling melengkapi satu sama lain. Dalam buku-bukunya ia menuangkan metodenya yang terkenal yaitu, metode keraguan Descartes. Metode ini sering disebut Cogito / Cogito Descartes.
Peranan pendapat Descartes dalam perkembangan psikologi sangatlah besar sehingga jiwa sampai ke abad 20 apa yang disebut ilmu hanyalah tertuju pada uraian dari gejala-gejala jiwa, terlepas dari raganya. Menurutnya, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya.
2. Psikologi John Locke (1632-1704 M)
Filsuf Inggris ini dilahirkan di Somersetshire, Bristol. Ayahnya adalah seorang sarjana hukum yang cukup disegani pada masanya. Ia belajar di Oxford. Dialah yang membangkitkan perhatiannya mengenai filsafat. Dia meninggal tahun 1704 di Essex.
John Loccke banyak disebut-sebut sebagai seorang realis fisik. Beberapa tema sentral Locke dalam epistemologi yang menjadi pusat dan poros konsep-konsep, seperti tabula rasa, tidak ada ide bawaan, sensaasi dan refleksi, kualitas primer dan sekunder, eksistensi hal-hal, substansi, dan materi yang nyata, serta objektif terlepas dari kesadaran.
Karya-karyanya : Essays Concerning Toleration, Two Treatise on Goverment, Essay Concerning Human Understanding, Thought on Education, dan The Reasonableness of Christianity as Delivered in the Scriptures.
Dalam konsepnya tentang tabula rasa, Locke menyatakan, semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karenapengalaman melalui alat-alat indranya. Tabula rasa digunakan oleh Locke sebagai metaphor dalam menguraikan konsepnya tentang pikiran.
3. Psikologi Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M)
Filsuf , sejarawan, matematikawan, dan fisikawan Jerman ini lahir di Leipzig pada 1646, dan meninggal pada 1746. Leibniz dianggap sebagai orang yang mempelopori studi psikologi di Jerman.
Karya-karyanya : Monadology, New Essays Concerning Human Understanding, Discourse on Metaphisics, dan Theodicy. Sebagai seorang filsuf, Leibniz sangat dikenal karena teorinya tentang Monads and Pre-establishhed Harmony, Principles of Indiscernibles, Principles of Sufficient Reason, Principles of Identity, dan Prinsiples of the Best.
Hubungan badan dan jiwa dikatakannya sebagai bersifat parallel. Badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada hukum-hukum yang serupa. Leibniz berpendapat bahwa tingkah laku tubuh manusia diatur oleh hukum-hukum khusus yang disebut sebagai hukum-hukum mekanika. Dikatakannya bahwa tingkah laku tubuh manusia sama mekanisnya dengan tingkah laku tubuh hewan lainnya; misalnya pada refleks-refleks, proses penyerapan makanan ke dalam tubuh, dan lain-lain. Demikian jga tingkah laku mental, menurut Leibniz, diatur dengan hukum-hukum khusus yang dapat dipelajari dengan cara mempelajari tingkah-tingkah laku atau proses-proses mental sebelumnya.
3. Zaman Modern
Tokoh-tokoh pada zaman modern, antara lain :
1. Psikologi George Berkeley (1685-1753 M)
George Berkeley banyak disebut-sebut sebagai Bapak Idealisme Modern. Ia juga dijuluki sebagai immaterialis dan idealis. Berkeley lahir di Irlandia. Karya-karyanya : Essays Towards a New Theory of Vision, A Treatise Concerning the Principles of Human Knowledge, Discourse on Passive Obedience, Three Dialogues Between Hyles dan Philonous, De Motu, Alciphron, or the Minute Philosopher, dan Siris.
Berkeley mendirikan sebuah sekolah di Bermuda. Dalam filsafat Berkeley, baik substansi maupun daya pikir manusia tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat ilahi. Pada tahun 1705, ia bersama beberapa kawannya yang ahli dalam filsafat, mendirikan sebuah perkumpulan yang bertujuan menantang pandangan-pandangan John Locke. Filsafat Berkeley dianggap sebagai titik tolak bagi tendensi idealistik atau tendensi konseptual pada abad-abad terakhir filsafat.
Substansi materi, menurut Berkeley hanyalah sekumpulan fenomena yang tersusun secara artifisial dalam pikiran. Demikin pula jiwa, jiwa hanyalah sekumpulan fenomena batin dan hubungan-hubungannya. Jika semua pengetahuan lenyap, tak ada lagi sesuatu pun yang dapat diberi nama ’aku’ (diri).
2. Psikologi David Hume (1711-1776 M)
Filsuf Skotlandia ini lahir di Edinburg. Tema sentral filsafat Hume pada intinya adalah pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Ada prinsip-prinsip tertentu yang memandu kita dalam mengasosiasi ide-ide, yaitu persamaan, penghampiran, serta sebab dan akibat.
Karya-karyanya : Treatise on Human Nature, Enquiry Concerning Human Understanding, Enquiry Concerning the Principles of Morals, History of England, dan Dialogue Concerning Natural Religion.
Pada taraf perkembangan ini, psikologi masih merupakan cabang dari filsafat, dan di masa sekarang, terdapat berbagai tafsiran mengenai psikologi semacam itu. Pada umumnya, psikologi semacam itu masih dianggap pre-scientific, dan belum bertaraf ilmu pengetahuan karena merupakan pendapat dan anggapan yang belum diketahui kebenarannya secara eksperimental.
3. Psikologi John Stuart Mill (1806-1873 M)
John Stuart Mill lahir di London tahun 1806. ayahnya adalah James Mill, sejarawan, filsuf, dan psikolog. Karya-karyanya : The System of Logic, Principles of Polotical Economy, On Liberty, Utilitarianism, An Examination of Sir William Hamilton’s Philosophy, Subjection of Women, dan Autobiography.
Mill mengacu pada suatu cita-cita mengenai manusia tepatnya pada suatu gagasan tentang apa dan bagaimana manusia itu seharusnya. Nyatanya, ia mengacu pada kodrat manusia sebagai patokan untuk menentukan perbedaan kualitatif antara kegiatan-kegiatan yang membawa kesenangan. Dia memang menekankan tindakan tidak menyempurnakan dan memajukan kodrat manusia.
Mill melihat bahwa kecenderungan umum manusia adalah untuk tidak bersabar dan berlapang hati sehingga acap kali ia selau mendesakkan pendapatnya kepada orang lain. Teori pengetahuan Mill adalah suatu bentuk fenomenalisme yang tema sentralnya adalah materi merupakan kemungkinan permanen dari sensasi dan benda-benda (ojek-objek) harus dipandang sebagai eksistensi fenomenal.
Psikologi sebagai Ilmu Otonom
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri oleh Wilhelm Wundt dengan didirikannya Laboratorium Psikologi yang pertama di dunia di Leipzig pada tahun 1879. tokoh lain pada awal dijadikannya psikologi sebagai ilmu yang otonom, selain Fechener adalah Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz. Sebagai empirikus, Helmholtz menentang apa yang disebut sebagai mentalism, dan menurutnya psikologi merupakan pengetahuan yang eksak dan banyak bergantung pada matematika.
Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian dan penyelidikannya, timbullah berbagai aliran psikologi yang bercorak khusus.
Aliran-aliran Psikologi
1. Strukturalisme
Aliran ini merupakan aliran pertama dalam psikologi yang memandang bahwa psikologi terdiri dari apsek introspeksi diri dan pengalaman pribadi yang objektif.
2. Fungsionalisme
Pandangan teori ini dititikberatkan pada fungsi-fungsi nyata dalam kita mempelajari psikologi bukan pada fakta-fakta mengenai psikologi tapi lebih memperhatikan bagaimana psikologi berperan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki nilai praktis.
3. Psikoanalisis
Tokoh aliran psikologi analisis adalah Sigmund Freud. Dalam pandangannya Freud menjabarkan bahwa perilaku seseorang dapat diinterpretasi. Menurutnya, pemikiran dan tindakan seseorang dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu id (kehendak), ego(kehendak yang disertai dengan pertimbangan yang rasional), dan superego (id dan ego yang disertai hati nurani).
4. Gestalt
Belajar keseluruhan lebih mudah daripada belajar bagian-bagiannya.
Dalam pandangan ini ditafsirkan bahwa setiap individu disertai dengan koping (kemampuan menanggapi rangsang dan merupakan mekanisme pertahanan diri) yang dapat mengantarkan pemikirannya yang dapat mengubah segala konsep yang terjadi pada dirinya melalui penafsiran-penafsiran.
5. Behaviorisme
Manusia itu berkembang dari perilaku.
Dalam aliran ini menilai bahwa manusia terlahir ke dunia tanpa bakat apa-apa, lingkunganlah yang memberikan pengalaman-pengalaman dan mengembangkan manusia dengan rangsang yang diterima dari lingkungan.
6. Nativisme
Tidak percaya bahwa pendidikan tidak bisa merubah keadaan seseorang karena mereka cenderung lebih percaya pada bakat pembawaan.
7. Empirisme
Percaya bahwa pendidikan bisa merubah keadaan seseorang karena bakat bias terpengaruh dengan kondisi lingkungan sebagai media pendidikan.
8. Konvergensi
Aliran yang menggabungkan dua unsure aliran yang sebelumnya, yaitu nativisme dan empirime. Aliran ini mempercayai bahwa setiap manusia memiliki bakat dan bakat tersebut akan berkembang dan diarahkan dengan sebuah pendidikan.
9. Asosiasi
Aliran/pemikiran seseorang yang dihubungkan dengan fakta-fakta yang sering dilihatnya dan fakta tersebut cenderung berulang sehingga membentuk suatu konsep.
10. Kontruktivisme
Aliran ini mempercayai bahwa tidak ada sesuatu hal pun yang dapat merubah apa yang kita kehendaki selain diri kita sendiri.

Membaca Pikiran Orang Lain Dalam Kehidupan Sehari-hari


Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.
Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain—mindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.
Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.
Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.
Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.
Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.
Bagaimana Membaca Pikiran?
Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.
Menjadi Pembaca Pikiran Ulung
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.
Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.
Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”

Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
Tinjauan Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.

http://popsy.wordpress.com/2007/12/25/membaca-pikiran-orang-lain-dalam-kehidupan-sehari-hari/

10 Racun Psikologi Dalam Kehidupan Sehari2

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.
Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, problem seksual, dll…
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Keberanian merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.
Racun ketiga : Egoistis
Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial
Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui, orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.
Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah berkembang, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. Kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.
Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang, yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih.. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.
Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.
Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain..
Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.
Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.
Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan.. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.
Ketika kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia, gunakan cara diatas sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindardari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang
http://wilioke132.wordpress.com/2009/05/04/10-racun-psikologi-dalam-kehidupan-sehari2/
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com